Travel in China : Xi'an 西安 - Huaqing Pool & Terracotta Warriors

Yaayyyy...!! Saya akhirnya berhasil pergi ke Xi'an untuk mewujudkan mimpi saya melihat langsung Terracotta Warriors..! Banyak orang berpendapat bahwa kota Beijing adalah kota yang wajib dikunjungi ketika traveling ke Cina. Kalau belum pernah ke Beijing, rasanya seperti belum pernah ke Cina. Tapi entah kenapa, mungkin karena sejak kepincut Terracotta Warriors dalam pelajaran sejarah SMP, saya sudah menargetkan Terracotta Warriors sebagai objek wisata yang wajib dikunjungi. Bahkan ketika itupun belum kepikiran gimana caranya saya pergi ke Cina. Saya ga nyangka ternyata perjalanan hidup saya, pilihan saya mengambil jurusan Sastra Cina dan lanjut ambil S2 ke Fuzhou, Fujian, Cina, memberikan kesempatan bagi saya untuk pergi melihat Terracotta Warriors. Benar-benar mimpi jadi kenyataan..!!

Meskipun trip ini sudah saya impi-impikan bertahun-tahun, tapi ketika di Cina pun rencana ini ga bisa langsung direalisasikan karena terbentur beberapa hal, terutama faktor akademis. Sampai akhirnya, di semester empat ketika angkatan kami telah menyelesaikan semua mata kuliah di tiga semester sebelumnya, saya berkesempatan untuk pergi ke Xi'an, alone. Perencenaannya kilat, tapi karena diniatin, eksekusinya cukup lancar. Saya seneng banged bisa traveling sendirian ke tempat yang sudah lama saya idam-idamkan. Feels like Xi'an is exclusively waiting for me. Hahaa..

Xi'an adalah ibukota provinsi Shaanxi 陕西 yang terletak di bagian tengah daratan Cina. Transportasi termurah dari Fuzhou, tempat saya belajar, menuju Xi'an adalah kereta api dengan waktu tempuh sekitar 30 jam. Yep, ga salah baca, 30 jam. Ga ada jenis kereta yang lebih cepet sekalipun kita punya uang lebih. Tapi kereta ini terbagi menjadi beberapa kelas, mulai dari yang termurah hanya berupa kursi, sampai yang termahal berupa tempat tidur dalam kompartemen. Kalau mau enak dan cepet ya naik pesawat, tapi harganya semahal tiket Jakarta - Hongkong.. Ya ogah lah yaa.. Saya sih lebih memilih naik kereta api, jadi uang yang saya iritin dari transportasi bisa dialokasikan ke tiket masuk area, jajanan, souvenir de el el.. Lebih gila lagi, saya pilih tiket termurah seharga RMB 180an yang hanya berupa kursi dan ga bisa selonjoran. Well, ditilik dari hasil tulisan ini, berarti saya berhasil survived  dari cobaan itu, hahaa..

Begitu sampai di stasiun kereta Xi'an dan keluar gerbang utama, saya langsung disuguhi pemandangan berupa benteng kota persis kayak di film-film silat. Serasa balik ke zaman perang dulu, atau lebih tepatnya serasa terdampar di tengah-tengah lokasi syuting film kolosal, karena lapangan depan stasiun disesaki penumpang yang entah baru sampai di Xi'an atau akan meninggalkan Xi'an, semuanya membawa karung-karung atau tas-tas besar khas orang desa. Ada juga penjual mi instan cup, ceker ayam, dan minuman di area depan stasiun itu. Selain itu, tepat di seberang stasiun kereta, terdapat stasiun bus antar kota yang juga berlimpah ruah dengan calon penumpang. Situasinya bener-bener rame dan berantakan, ga sinkron dengan benteng kota yang kokoh dan menjulang tinggi itu. Saya sempat kebingungan ketika menunggu bus menuju hostel yang menurut guidebook start dari stasiun. Saya menunggu di halte bus terdekat tapi anehnya bus itu malah sudah terisi penuh dan ga berhenti di halte. Saya pun berjalan mundur mengikuti arah datangnya bus, dan ternyata bus itu mengangkut penumpang bukan di halte, melainkan di pinggir jalan yang bahkan tidak terdapat tiang petunjuk nomor bus. Duhh.. Saya juga harus berebutan naik sebelum bus itu disesaki penumpang yang bawa koper segede gaban. Walaupun bus itu double decker, tapi sempitnya minta ampun, jorok pula, lain banget dengan bus di Fuzhou.

Untungnya, mood saya langsung ter-upgrade lagi begitu sampai di hostel. Saya booking dorm untuk 8 orang di Hantang House yang lokasinya strategis dan mudah dicari. Harganya cuma RMB 35 per malam tapi fasilitasnya sungguh super comfy..! Di lantai satu terdapat reception yang merangkap bar, food and beverages-nya lumayan lengkap dan tasty dengan harga menengah. Yang paling saya suka adalah mereka memiliki common room dua lantai yang cukup untuk menampung traveler yang suka leyeh-leyeh di luar kamar seperti saya ini. Hal lain yang saya suka adalah kamar dorm-nya yang mirip kamar hotel, kasurnya bersih dan rapi lengkap dengan sprei putih, selimut tebal, table lamp, colokan samping tempat tidur dan loker. Yang ga saya sangka adalah kamar mandinya di dalam dan terpisah antara toilet, kamar mandi dan wastafel dengan design khas orang barat. Awalnya saya ga terlalu excited punya kamar mandi dalam. Nightmare kalau punya kamar mandi dalam untuk dorm adalah staff hostel hanya akan membersihkannya ketika ada yang check out. Kalau kita check out tiga hari kemudian, ya siap-siap aja punya kamar mandi becek penuh rambut rontok dan toilet bau pesing. Tapi di hostel itu, mereka bersihin kamar mandi tiap hari booo.. Bener-bener ga rugi tinggal di sana. Satu-satunya kekurangan hostel ini adalah ada oknum staff cewe yang cuma bersikap ramah dan manis dengan penghuni bule.



Besoknya, saya semangat banget bangun pagi dan bersiap-siap pergi ke Terracotta Warriors. Tapi begitu keluar hostel saya baru nyadar di luar turun hujan dan jalanan becek bekas hujan dari semalam. Pasti saya tidur kayak bayi sampe ga taw di luar hujan. Atau mungkin juga kamarnya kedap suara jadi ga kedengeran apa-apa dari luar. Udara di luar drop jauh dibanding hari sebelumnya. Damn, saya ga bawa syal. Itu karena pas packing di Fuzhou, saya kira suhu di Xi'an ga jauh beda dengan di Fuzhou, selain itu, siapa pula yang pake syal di bulan April..? Walaupun saya pake jaket, tapi tetep aja hawa dingin menelusup melalui leher, brrrrr... Tapi jangan dikira saya bakal patah semangat dan ga jadi pergi yah.. Ini ibarat ujian yang isinya adalah mengukur seberapa besar cinta saya pada Terracotta Warriors, hahahahaak.. lebayy..

Berbekal info dari kakek-kakek pendaki gunung yang saya temui di kereta dan mahasiswi Sastra Inggris asal Anhui, Cina, saya akan pergi sendiri ke Terracota Warriors dengan bus yang tersedia di samping stasiun tanpa ikut tur. Jantung agak kebat-kebit sih karena : (1) Traveling sendirian; (2) Orang Cina kan galak-galak, susah banget ditanyain petunjuk ini-itu; (3) Tukang tipu di mana-mana, maunya ke Terracotta, eh ga taunya malah nyasar ke kota lain. Cobaan ga hanya sampe di situ. Jantung saya makin dag dig dug ketika nyampe stasiun, perut saya mulesss.. Duh ilah, ga mungkin kan saya 'bikin kue' di toilet stasiun.. eugh..

Untungnya, saya ketemu mbak-mbak petugas stasiun yang baik hati dan mengarahkan saya ke tempat bus mangkal, yaitu di halaman stasiun kereta sebelah barat. Bus abu-abu tersebut dikelola pemerintah lokal, jadi lebih aman ketimbang bus-bus di sekitarnya yang juga memiliki rute ke Terracotta tapi dikelola perorangan. Nomor busnya 306游5, uniknya adalah si sopir dan kondektur mengenakan seragam mirip model bajunya Sun Yat Sen, serasa kayak lagi naik mobil tentara gitu deh..

Jadi sistemnya adalah kita naik dulu ke dalam bus, cari tempat duduk, lalu saat berangkat meninggalkan stasiun barulah kondektur akan menagih ongkos mulai dari paling belakang. Setelah konsultasi dengan kakek-kakek yang duduk di samping (bingung kan kenapa saya selalu dapet tips dari kakek-kakek..? hehehehhee......) dan kondektur yang kece, saya putuskan untuk pergi ke Huaqing Pool 华清池 dulu, lanjut ke pemberhentian terakhir Terracotta Warriors dan dari situ langsung balik ke stasiun. Masing-masing tiket untuk tiap rute adalah 6, 3 dan 7 RMB.

Karena ga punya rencana ke Huaqing Pool, saya ga tahu sama sekali tentang tempat itu, bahkan saya ga pernah tahu bahwa itu juga adalah salah satu objek wisata terkenal selain Terracotta. Makanya setelah membeli tiket seharga 60 RMB (diskon 50% dari harga 110RMB dengan student card) dan dideketin tourguide lokal, saya pun deal dengan harga 20RMB. Sayang banged kan kalo saya ngabisin 60 RMB cuma untuk nikmatin pemandangan sambil tebak-tebakan soal sejarah. Lagipula, tourguide itu juga multi fungsi, bisa merangkap sebagai fotografer. Jadi saya ga perlu malu-malu minta tolong fotoin, hehehee.. Ga enaknya pake tourguide adalah berasa diburu-buru karena dia kejar setoran.

Huaqing Pool adalah bagian dari Huaqing Palace, sebuah istana permandian air panas yang identik dengan Kaisar Tang Xuanzong, Yang Guifei dan giok 4 warna : putih, hijau, kuning kecoklatan dan hitam. Huaqing Pool dibangun pada masa Dinasti Tang dan patung Yang Guifei keluar dari permandian menghiasi halaman. Fyi, Yang Guifei adalah satu dari empat perempuan yang mendapatkan predikat sebagai perempuan tercantik pada zaman Cina klasik. Khusus untuk Yang Guifei, perempuan tambun di zaman itu justru dinilai sangat cantik. Makanya patung Yang Guifei itu digambarkan bertubuh montok. Selain itu, di Huaqing Pool inilah saya baru tahu bahwa ternyata air bekas mandi kaisar ga langsung dibuang, melainkan dialihkan ke ruangan lain sebagai air mandi menteri! Wow..

Front of Huaqing Pool


Yang Guifei






Belajar dari pengalaman di Huaqing Pool, saya bertekad untuk tidak menggunakan jasa tourguide di Terracotta Warriors. Sesampainya di gerbang Terracotta Warriors, saya langsung menuju loket yang khusus untuk pemegang student card dengan diskon 50% dari harga 150 RMB menjadi 75RMB (120 RMB untuk low season, 150 RMB untuk high season). Di sana bertebaran tourguide, baik yang resmi maupun tidak resmi (yang resmi terlihat dari seragam yang dipakai). Saya mengikuti arus dan berjalan menuju gerbang kedua, kurang lebih 300 meter dari gerbang pertama dan kiri-kanannya dipenuhi toko-toko suvenir yang didominasi miniatur patung-patung Terracotta Warriors dan barang-barang yang terbuat dari giok abal-abal.. Dari gerbang kedua hingga gerbang ketiga berjarak sekitar 500 meter, hanya terdiri dari tanaman dan pohon teduh. Setelah benar-benar memasuki area Terracotta Warriors, saya punya dua pilihan: langsung masuk ke pit atau ke museum dulu. Sebagai pemanasan, saya pilih masuk museum dulu karena mengira barang-barangnya pasti ga selengkap di pit. Tapi dugaan saya justru salah, karena museum itu bener-bener amazing dan bikin saya terpaku lama, terlalu banyak untuk disimak dan semua sangat detil, persis seperti museum di Shanghai. Saya juga banyak mengambil foto di sana saking rakusnya.

Image of Qin Shihuang
Gift from Former President Soeharto to China
Chariot
Chariot


Singkatnya,  Terracotta Warriors mulai dibangun pada 246 BC sebagai makam kaisar Qin Shihuang di wilayah Lintong. Kaisar Qin percaya pada kehidupan setelah kematian dan bahwa ia akan tetap menjadi kaisar dan karena itulah ia membuat kuburan yang berisikan formasi perang para prajuritnya. Kuburan ini ditemukan secara tidak sengaja oleh kelompok penggali sumur pada 29 Maret 1974.

Menurut Wikipedia, area Terracotta Warriors terdiri dari 4 pit, tapi yang saya lihat di lokasi cuma 3 pit. Paling wajib dikunjungi adalah pit 1 yang memuat tentara-tentara dan kuda. Pit 2 berisi balok atap dan hanya terdapat sedikit patung. Pit 3 juga memuat tentara namun dalam jumlah yang lebih sedikit.

Pit 1




Pit 3

Di dalam pit juga ada jasa photo express bareng replika Terracotta Warriors dengan tarif 10 RMB untuk kamera pribadi dan 50 RMB untuk foto langsung jadi. Saya merasa sayaaang banged kalau ga ada foto bareng patung Terracotta Warriors walaupun itu fake, jadi saya akhirnya foto pake kamera pribadi. Hasilnya seperti di bawah ini.



Roommate hostel saya, Lv Tong, yang adalah orang Cina dan pernah berkunjung ke Terracotta Warriors juga, bilang sama saya bahwa ketika pergi ke Terracotta Warriors kesannya yah biasa aja, cuma patung doank dan kita udah cukup tahu dari buku. Roommate dari Jepang juga mengiyakan, waktu dia pergi mengunjungi Stonehenge, kesannya juga biasa aja, cuma batu doank. Setelah lihat Stonehenge, tanggapannya malah, "Oh, this is Stonehenge.. Ok, how to get back..?"

Well, mungkin itulah yang terjadi kalau kita udah punya info yang cukup banyak tentang situs itu dan ga ada misteri lagi yang tersisa. Tapi anehnya, saya masih tetap terkesima dengan patung-patung yang seolah menggambarkan individu yang dulu pernah eksis di dunia ini dan memang adalah prajurit Kaisar Qin Shihuang. Apalagi setelah melihat foto warna asli patung-patung itu sebelum akhirnya memudar karena teroksidasi. Amazing banged untuk ukuran zaman itu..! Dan mungkin pertimbangan oksidasi itu jugalah, makam Kaisar Qin Shihuang dibiarkan tertutup dan tidak dibongkar untuk mencegah oksidasi dan rusaknya semua peninggalan di dalamnya. Saking terkesimanya, setelah selesai melihat semua pit, saya balik lagi ke pit 1 untuk sekadar menikmati pemandangan plus foto-foto. Rasanya ga rela untuk meninggalkan Terracotta Warriors.

Overall, menurut saya Terracotta Warriors sudah dikelola cukup baik, sangat teratur dan layak dikunjungi pecinta sejarah. Sarana transportasinya juga memadai dan aman. Satu-satunya kekurangan kecil yang saya temukan adalah minimnya tempat duduk mengingat turis asing yang datang berkunjung sebagian besar sudah over fifty.

Sama seperti West Lake di Hangzhou, ga banyak kata yang bisa saya ungkapkan tentang Terracotta Warriors, begitu juga dengan kota Xi'an itu sendiri yang merupakan perpaduan antara bangunan bersejarah dan modernisasi. Tapi mungkin dengan melihat foto-foto hasil jepretan saya, sudah cukup untuk menyelami apa yang saya rasakan ketika melihat langsung.








Comments

Popular posts from this blog

Contoh Soal dan Essay IELTS Writing Task 2

Study in Fuzhou - Fujian Normal University

Romantic Doctor, Teacher Kim - Classy Korean Drama

IELTS Writing Task 2

IELTS Writing Task 1

Penipuan Derawan Trip oleh @derawan_island

Travel in China : Shanghai 上海 - Hangzhou 杭州

Berlatih IELTS Secara Otodidak

Trip to Derawan Islands