Make Up Artist Kuangmr
Setelah kekecewaan pada 2 MUA yang ogah-ogahan menanggapi permintaan saya, saya seneng banged karena bisa menemukan MUA yang kebetulan jadwalnya pas dengan wedding cece saya, ditambah lagi style-nya memuaskan. (baca detail di Di Tengah Kepanikan Mencari Make Up Artist)
Tapi ternyata belakangan, ada kejadian yang lebih ga menyenangkan lagi dengan MUA itu. Kali ini saya ga pake nama samaran karena ini bisa dibilang info penting untuk cewe-cewe di luar sana yang lagi hunting MUA.
Ini semua bermula dengan MUA Kuangmr (MUA yang mendandani saya pas wedding cece saya Oktober lalu) yang meminjam uang ke saya dengan janji akan mengembalikan dalam waktu sebulan. Awalnya saya ga berniat untuk kasih pinjaman karena ga terlalu kenal dengan dia dan biasanya masalah uang itu agak sensitif dan bisa merusak hubungan. No wonder deh kalo orang bule paling anti dengan yang namanya pinjam-meminjam uang antar famili atau teman. Tapi karena dia memohon-mohon dengan memelas untuk kebutuhan mendesak whatsoever, dan mengingat saya dapet rekomendasi Kuangmr ini dari teman kuliah saya yang saya percaya banged, akhirnya saya mengiyakan untuk membantu sebagian, yaitu Rp 200,000 dari Rp 800,000 yang diminta. Dia memohon lagi menjadi Rp 300,000. Lagi-lagi saya mengiyakan. Saya transfer sore itu juga.
Setelah lewat sebulan, ga ada tanda-tanda dari dia. Saya keinget kata-kata mama saya yang bilang bahwa, orang yang pinjam uang itu biasanya ga bakal bisa balikin uangnya tepat pada jatuh tempo yang dijanjikan. Yeah, you're absolutely right, mom.
Akhirnya saya tunggu beberapa minggu setelah lewat sebulan barulah saya menagih. Dia minta nomor rekening saya, tapi kemudian ga ada kabar. Saya tanya lagi beberapa hari kemudian. Katanya sudah ditransfer oleh managernya. Tapi setelah dicek, hasilnya nihil. Dan sejak saat itu, whatsapp dari saya ga pernah direspon.
Saya malah denger dari temen saya bahwa dia juga pernah pinjem uang orang lain hingga jutaan rupiah dan ga pernah dikembalikan. Entah kenapa saya ga merasa kaget dengan fakta itu dan somehow agak merelakan uang itu raib. Mungkin karena saya akhirnya yakin saya udah tertipu.
Beberapa hal yang membuat saya kecewa berat adalah saya ga rela banged uang hasil pengiritan saya dipake entah untuk apa. Rasa-rasanya saya jauh lebih ikhlas ketika beberapa bulan sebelumnya saya menyumbang pengamen untuk bayar uang sekolah anaknya walaupun jumlahnya lebih besar dari 300,000.
Dan hal lain yang bikin kecewa adalah, ga ada penjelasan apapun dari dia, padahal waktu mau pinjam uang ngomongnya MANIS banged. Saya ga akan semarah ini seandainya dia setidaknya kasih alasan, entah itu karena butuh waktu lebih panjang untuk mengembalikan, atau karena pengeluaran yang super ketat di bulan ini, dan lain-lain.
Makanya saya menulis artikel ini, dengan tujuan supaya ga ada lagi yang punya pengalaman buruk seperti yang saya alami ini.
Sekali lagi, saya ga bermaksud menjatuhkan profesi apapun atau kelompok manapun. Saya hanya ingin mengungkapkan apa yang terjadi dan berharap itu ga terjadi lagi pada siapapun, yang entah kebetulan atau sengaja berurusan dengan Kuangmr.
Saya inget dulu ada tetangga yang mengutip kata-kata pastor di paroki saya, bahwa ketika kita memberi uang kepada seseorang, kita tidak perlu tahu untuk apa atau bagaimana dia menghabiskan uang tersebut. Yang terpenting adalah makna dari "memberi" itu sendiri dan keikhlasan untuk membantu.
Walaupun kejadian ini lebih ke "meminjamkan" ketimbang "memberi", dan saya sungguh ga ikhlas pada awalnya, sekarang saya udah merelakan uang itu dengan pikiran bahwa 'betapa beruntungnya saya kehilangan uang 300,000 tapi tetap tidak berkekurangan materi'.
Sebagai bukti, berikut ini screenshots dari detail percakapan saya di whatsapp dengan Kuangmr.
Comments