Trip to Hong Kong - Macau
Berbeda dengan jalan-jalan sebelumnya, kali ini saya jalan-jalan ke Hong Kong dan Macau bareng bonyok (bokap - nyokap). Rencananya memang mendadak, tetiba aja di akhir tahun lalu pas ngomongin rencana jalan-jalan ke Philippines, saya juga proposed rencana jalan-jalan ke Hong Kong dan Macau. Cuma karena pengen ngajakin bonyok ke luar negeri tapi yang jauhan dikit supaya lebih berkesan dan pilih negara yang ga butuh urus visa traveling. Jadilah dipilih Hong Kong dan Macau. Rencana ini seolah dapet persetujuan dari semesta karena ada tiket murah dari Malaysian Airlines (pp 3jutaan) dan dapet tanggal pas di hari ultah pernikahan bonyok. Alhasil jalan-jalan kali ini saya dedikasikan sebagai kado anniversary mereka (fyi, mereka excited banged pas jalan-jalan di sana sampe lupa anniversary mereka kalau bukan karena kebetulan kita nemu toko yang bisa menuliskan nama couple dalam huruf Mandarin di The Peak, Hong Kong).
# Where to STAY
Hong Kong terdiri dari dua wilayah besar: Kowloon dan Hong Kong Island. Kowloon memiliki permukiman menengah ke bawah — seperti yang sering saya liad di filem-filem Ekin Cheung zaman abege dulu — sementara permukiman di Hong Kong Island lebih modern. Dari segi biaya, Kowloon tentu lebih murah. Dan saya selalu lebih senang tinggal di hostel karena lebih homey dan bisa berinteraksi dengan sesama traveler. Walaupun ratingnya di Hostelworld bukan yang paling oke, Saya pilih Urban Pack karena mereka menyediakan ensuite private room dengan tempat tidur queen size (bukan bunk bed) yang cocok untuk bonyok.
Selain itu, lokasi Urban Pack strategis banged, tepat di depan exit MTR Tsim Sha Tsui station, 10 menit jalan kaki ke pelabuhan (untuk menuju ke Macau) dan dekat dengan area shopping (Ladies Market, Mongkok, Dundas St., etc) dan supermarket. Untuk yang muslim juga sangat menunjang karena jaraknya hanya selemparan batu dengan masjid yang tiap hari Minggu pagi berjaja ibu-ibu TKI yang menjual nasi bungkus dan gorengan. Fasilitas Urban Pack secara umum oke. Kekurangannya adalah mereka punya kamar di unit yang berbeda, bahkan ada yang di gedung berbeda di seberang jalan. Beruntung mereka bisa atur saya di lantai yang sama dengan bonyok walaupun mereka tinggal di unit yang khusus untuk private room.
Oya, jangan kaget dengan ukuran kamar yang kecil dan berasa himpit-himpitan karena memang ruang di Hong Kong terbatas sementara populasinya melimpah. Sebaiknya bawa backpack dan bukan koper karena kita ga bisa simpan koper di kolong ranjang kalau kebetulan kebagian kasur bunk bed bagian atas.
# Where to GO
Karena jalan-jalan bareng bonyok, saya memilih untuk pergi ke tempat-tempat turistis karena biasanya transportasinya mudah dan nyaman plus banyak info tentang tempat-tempat tersebut di internet.
Hari pertama napak di Hong Kong, kita langsung cuss ke Ladies Market dan menyusuri 3 blok pasar yang menjual souvenir khas Hong Kong. Suvenir di sini menurut saya cukup mahal, jadi saya cuma beli totebag tulisan I love HK seharga $20 HKD. Suvenir untuk temen-temen saya beli snacks di supermarket karena lebih banyak pilihan dan ga perlu ngotot-ngototan nawar harga.
Hari berikutnya kita nyebrang ke Macau naik ferry dan mengunjungi reruntuhan St. Paul, dari situ kita jalan kaki ke Senado Square lalu naik shuttle bus gratis ke The Venetian. Hari itu terik banged dan membuat jalan-jalan di St. Paul dan Senado Square super melelahkan. Di The Venetian, kita ga naik gondola dan cukup menikmati atraksi si pendayung dari pinggiran aja, itupun uda cukup puas koq.
Hari pertama napak di Hong Kong, kita langsung cuss ke Ladies Market dan menyusuri 3 blok pasar yang menjual souvenir khas Hong Kong. Suvenir di sini menurut saya cukup mahal, jadi saya cuma beli totebag tulisan I love HK seharga $20 HKD. Suvenir untuk temen-temen saya beli snacks di supermarket karena lebih banyak pilihan dan ga perlu ngotot-ngototan nawar harga.
Hari berikutnya kita nyebrang ke Macau naik ferry dan mengunjungi reruntuhan St. Paul, dari situ kita jalan kaki ke Senado Square lalu naik shuttle bus gratis ke The Venetian. Hari itu terik banged dan membuat jalan-jalan di St. Paul dan Senado Square super melelahkan. Di The Venetian, kita ga naik gondola dan cukup menikmati atraksi si pendayung dari pinggiran aja, itupun uda cukup puas koq.
Ruins of St. Paul |
Senado Square |
Food Court at The Venetian |
Hari ketiga kita naik Peak Trem ke Sky Terrace dan Madame Tussauds. Peak Trem adalah trem yang jalurnya menanjak menaiki bukit menuju Sky Terrace dan Madame Tussauds. Saya beli tiket combo 3in1 untuk ketiganya di website resmi Madame Tussauds dengan harga yang jauh lebih murah daripada beli on the spot. Datang ke lokasi sekitar jam 8 demi menghindari terik matahari siang bolong, eh ternyata loket Madame Tussauds baru buka jam 9:30. Alhasil pas sampe Sky Terrace terlalu silau dan panas, cuma foto-foto sebentar dan langsung turun ngadem. Tempat makan di sana relatif mahal karena pada dasarnya konsumen 'beli pemandangan'. Satu-satunya fast food yang mengenyangkan adalah Burger King yang letaknya tersembunyi di sudut. Untuk Madame Tussauds secara keseluruhan menarik, kebanyakan pengunjung malah berasal dari Indo, haha.. Ada kelompok ciwik-ciwik Indo yang antara ga mau rugi dengan excited beda tipis karena mereka selalu foto di setiap patung, bergantian, berulang-ulang — kalau merasa pose-nya kurang memuaskan.. zzz..
Panorama from Sky Terrace |
Agak miss calculation soal waktu karena mengira bakalan main lama di Sky Terrace dan Madame Tussauds tapi ternyata kita udah kelar ketika baru lepas jam makan siang. Akhirnya diputuskanlah untuk jalan-jalan di Victoria Park yang katanya tempat ngumpul TKI di akhir minggu. Tapi begitu exit MTR kita kebingungan karena ga ada penjelasan arah menuju Victoria Park dan orang-orang di sana lalu-lalang terlalu cepat untuk ditanyain, akhirnya saya ngebuntutin dua mbak-mbak Indo dengan harapan mereka juga menuju Victoria Park. Sayangnya bakat stalking saya kurang terasah, jadi saya kehilangan mereka dan kita mutusin untuk ngadem di IKEA, hahahaa..
Dari IKEA, kita naik taxi menuju Kau Kee Beef Brisket untuk makan mie yang legendaris itu. Antriannya lumayan panjang padahal bukan jam makan siang, tapi perjuangan terbalas dengan rasanya yang maknyusss. The best dish I've ever tasted in Hong Kong.
# Where to GET THERE
Dari Kowloon, kita naik Turbo Jet menuju Macau Harbour. Karena kursi kelas ekonomi untuk pagi itu udah ludes dan keberangkatan paling cepat adalah jam 12, jadi terpaksa beli tiket kelas Super Class untuk jam 9 pagi dengan harga dua kali lipat dari kelas ekonomi. Sorenya kita naik Cotai Water Jet dari Macau Taipa Harbour menuju Hong Kong Island. Pelabuhannya keceh banged seperti bandara. Di sini penumpangnya lebih sepi dan kita bisa dapet tiket ekonomi untuk keberangkatan setengah jam ke depan. Di Macau, saya naik taxi hanya ketika akan menuju reruntuhan St. Paul dari pelabuhan, sisanya naik shuttle bus gratis sponsor dari Grand Emperor Hotel (英皇娱乐酒店) dan The Venetian.
Transportasi di Hong Kong lebih bervariasi, ada taxi, bus dan MTR. Ketiganya sudah terintegrasi dengan bandara, tapi yang tarifnya paling terjangkau adalah bus. Dari bandara menuju Urban Pack di Kowloon naik bus hanya $33 HKD per orang, naik taxi bisa mencapai $300HKD. Selama jalan-jalan di Hong Kong, saya lebih sering naik MTR karena rute yang lebih jelas dan lebih cepat dibanding bus. Tapi setiap stasiun MTR memiliki banyak pintu exit, jadi kita harus tahu exit mana yang tepat untuk menuju ke tempat tertentu, karena salah exit malah bisa membawa kita memutar jauh dari tempat tujuan.
Turbo Jet dari Kowloon ke Macau |
lokasi shuttle bus gratis dari Senado Square menuju The Venetian |
Macau Taipa Harbour Ticketing |
Cotai Water Jet dari Macau menuju Hong Kong Island |
Tentu saja, ada kalanya saya bingung dan terpaksa harus nanya jalan. Menurut pengalaman saya, lebih baik tanya orang yang seumuran karena mereka lebih bisa berbahasa Ingrris dan, logikanya, lebih sering jalan-jalan. Pernah sekali, pas nyari shuttle bus gratis di dekat Senado Square, saya bingung mau nanya siapa karena kebanyakan yang ada di sana adalah sesama wisatawan, dan waktu itu panasnya menyengat sampe banjir keringat. Bolak-balik nyari Hotel X tapi ga nemu. Akhirnya papasan dengan security muda dan dia dengan baik hatinya menjelaskan bahwa Hotel X sudah tidak menyediakan shuttle bus lagi, bahkan dia mengambil peta dan pen yang saya pegang dan menggambar garis di peta itu yang mengarahkan ke lokasi shuttle bus gratis yang disediakan oleh hotel lain. Ahh, rasanya pengen peluk.. hahaha..
Comments