ngeBlend dengan Cina
Hari ini adalah hari terakhir ujian di semester pertama. Karena udah janji sama diri sendiri untuk nulis artikel ini, secuape apapun dan segundah apapun perasaan saya saat ini, saya tetep ngebet nulis tema ini. Ini tentang perasaan dan pandangan saya setelah kurang lebih 5 bulan berada di Cina.
Awalnya, saya merasa Cina bukan tempat yang tepat untuk saya, a.k.a, saya ga mungkin bisa betah di sini. Saya terus merasa saya cuma sementara di sini, dan saya ga perlu membaur dengan lingkungan di sini, China is only a single part of my life. Saya sering mengamati kota Fuzhou, membandingkan dengan kota Jakarta, menganalisis apa aja kelebihan dan kekurangan masing-masing kota. Persis orang luar yang bertugas mengobservasi suatu daerah, ga ada koneksi perasaan sama sekali.
Tapi coba liat apa yang saya rasakan saat ini. Fuzhou gives me so much, and it really counts.
Mulai dari segi studi, bukan hanya pengetahuan yang saya dapet dari pelajaran di kelas, tapi juga seminar-seminar yang dipimpin oleh pembicara yang kebanyakan adalah professor dari univ lain. Pelajaran lain yang saya dapet adalah dari masalah-masalah yang dialami temen-temen saya di sini dan juga masalah-masalah saya dengan temen-temen saya. Intensitas pertemuan dengan mereka kadang menjadi pemicu bentrokan dan bikin exhausted banget. Tapi itu bener-bener mendewasakan saya, dan saya pun mendapatkan pandangan-pandangan baru dari semua masalah ini.
Temen saya pernah bilang, yang menarik dari Cina adalah kita hanya perlu jalan sekian meter dan kita akan menemukan tempat yang jauh dari keramaian dan menyatu dengan alam. Dan itu juga yang saya suka dari kota Fuzhou ini. Tiap pagi satu jam sebelum kelas dimulai, saya sering pergi ke belakang gedung kampus dan duduk di bangku taman ditemenin pohon-pohon rindang dan rerumputan, suasana teduh dan sejuk sambil baca buku. Kira-kira seratus meter dari dorm, kita langsung menemukan sungai dengan sidewalk penuh deretan pohon-pohon rindang dan bangku untuk duduk-duduk. Ini sungguh bikin hidup saya seimbang dan hati tentram banget.
Berikutnya adalah makanan. Awalnya saya ga suka dengan makanan di sini, tiap kali makan pun nasinya ga pernah abis. Sambel ABC rasanya udah kaya harta yang berharga. Tapi sekarang, bussetttt dah, nasi porsi kuli bisa diabisin dan ga uring-uringan nyari sambel ABC. Hehehe,, sekarang saya malah kerajingan nyobain macem-macem menu di sini…
Overall, saya mulai menyukai kehidupan saya di sini. Saya baru menyadarinya beberapa hari yang lalu ketika saya sedang berjalan kaki di sidewalk. By the way, I love walking in China mengingat betapa sengsaranya jalan kaki di Jakarta karena pejalan kaki menempati kasta terendah dalam kamus jalanan dan tidak tersedianya sidewalk yang memadai. Sekarang target saya adalah mencoba untuk menikmati momen-momen yang tersisa dari masa studi saya di sini. Mudah-mudahan China is not only a single part in my life, but also a major effect in my life.
cooking for new year's eve |
Comments